waktu
merambat tak bersemangat
saat
muadzin kumandangkan genta shalat
di
sela pikuk syetan yang kerasukan dunia
berdiri
dia hadapkan diri kepada tumpuan cinta
sajadah
pasir terbentang sambut rebahnya
bagai
ibu damba kembali puteranya
panas
kerikil terima sujud dahi indahnya
bak
sahara tersiram air kolam surga
angin
merayu damba semilir lantun doanya
pelepah
kering kurma lambaikan rindunya
debu
bertebar mimpikan perjumpaannya
langit
gelisah menanti kunjungan ruhnya
tiba-tiba...terselip
tanya hati tak terduga
bagaimana
selipkan syukur dalam musibahnya?
bagaimana
sunggingkan senyum di ujung ajalnya?
bagaimana
tebarkan maaf bagi pembencinya?
bagaimana
tanggalkan dunia dengan suka cita?
ijinkan
aku memasuki madrasahmu....
ajarkan
aku hidup meski setelah maut menjemputku...
latih
aku untuk rela atas keputusan Tuhanku...
berikan
ijazah....untuk mereguk petuahmu
Wahai
putera Nabi....
ijinkan
aku menjadi murid terbodohmu
(Wonosobo,
malam 3 Muharram 1439 H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar